BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyerapan berlangsung
hampir setiap proses kimia maupun proses-proses lainnya. Salah satu proses penyerapan
yaitu absoprsi yang merupakan salah satu peristiwa perpindahan massa yang besar
peranannya dalam proses industri. Operasi ini dikendalikan oleh laju difusi dan kontak antara dua fasa.
Pada dasarnya prinsip absorpsi adalah suatu proses penyerapan, yaitu
zat yang ingin
diserap (absorbat) dapat larut dalam
zat penyerap (absorbent). Pada absorpsi
ini terjadi pertemuan antara gas dan cairan dimana komponen tertentu pada gas dapat larut dalam cairan akan terserap. Pada percobaan ini, absorpsi dilakukan dengan mekanisme absorpsi cair dan gas.
Pada kolom absorpsi yang menggunakan packing rasching ring sebagai tempat terjadi nya pengontakan cairan dan gas sehingga
gas akan terserap ke dalam cairan. Pada percobaan ini dimaksudkan agar praktikan bisa
memahami tentang menentukan diferensial udara yang melewati kolom kering , dan
berbagai hal yang menyangkut absorpsi.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari
percobaan ini adalah
1. Menentukan tekanan deferensial udara yang melalui kolom kering sebagai fungsi laju
alir udara.
2. Menentukan tekanan deferensial udara dan air yang melaluui kolom basah sebagai fungsi
dari laju alir udara dan air.
3.
Menentukan
liquid hold up.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Absoprsi
Absoprsi adalah proses perpindahan massa uap dari suatu
larutan dalam campuran gas yang diserap (diabsorpsi) yang berarti suatu cairan
yang mana larutannya mudah atau sulit larut. Campuran gas biasanya terdiri dari
gas inert dan larutan (Geankoplis, 1993).
Pada absorbsi ini terjadi
kontak antara gas dengan suatu larutan, komponen tertentu dalam gas akan
terserap atau larut kedalam cairan penyerap (absorbent) sehingga gas yang
meninggalkan kontak sangat sedikit atau tidak mengandung komponen tersebut.
Komponen yang larut (solute) dapat dibebaskan kembali dengan cara desorbsi
(McCabe dkk, 1999).
2.2 Peralatan Absorbsi
Peralatan absorbsi gas terdiri dari sebuah kolom
berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang
didistribusikan pada bagian bawah, pemasukan
zat cair dan distributornya pada bagian atas. Serta diisi dengan massa zat
tidak aktif (inert) di atas penyangganya yang disebut isian menara (packing tower). Peralatan tersebut dapat digunakan untuk rektifikasi (fraksionasi) untuk
operasi absorpsi. Keefektifan suatu peralatan absorpsi sangat tergantung pada
sistim kontak antara gas dan cairan yang bersangkutan (Rahayu, 2007).
Pada peralatan absorpsi terdapat kolom bahan isian
(packing) yang berfungsi untuk memperluas
kontak antara cairan dan gas, sehingga luas permukaan kontak menjadi maksimum.
2.2.1 Kolom Bahan Isian (Packing)
Kolom bahan isian banyak jenisnya,
tetapi yang umum digunakan hanya empat jenis dan dapat di lihat pada Gambar
2.1:
![]() |
Gambar 2.1 Jenis-jenis kolom bahan isian (packing): (a)
Pelana Berl; (b) Pelana intalox;
(c) cincin Rasching; (d) Cincin Pall.
Karakteristik dan aplikasi masing-masing kolom bahan
isian (packing):
1. Pelana Berl
Peralatan ini lebih efisien dari pada cincin rasching, tetapi penggunaanya lebih
mahal. Alat ini memiliki Height of
Transfer Unit (HTU) yang rendah dan penurunan tekanan setiap bagian
mempunyai titik pembanjiran yang lebih tinggi. Alat ini juga mudah patah
dibandingkan cincin raschig.
2. Pelana intalox
Jenis ini merupakan salah satu kolom bahan isian
yang efisien, tetapi lebih mahal. Peralatan ini memiliki kecekungan yang kecil
atau mempunyai kemampuan untuk penyaringan tempat blok penyerapan memberikan
bentuk serapan yang seragam. Alat ini
juga memiliki batas titik pembanjiran yang lebih tinggi dan penurunan tekanan
lebih rendah dari cincin raschig atau pelana berl dan nilai Height
of Transfer Unit (HTU)
lebih rendah untuk hampir keseluruhan sistim. Alat ini juga lebih mudah rusak pada penyerap.
3. Cincin Rasching
Kolom bahan isian yang pertama keluar yaitu
tipe cincin raschig, peralatan ini lebih
murah per unit, namun kurang efisien di bandingkan dengan yang lain. Biasanya
tersedia dalam berbagai macam jenis material. Untuk pemasangan sering di susun
dengan dumping basah atau kering, untuk yang berukuran 4-6 inci atau yang lebih
besar dari itu di susun satu per satu dengan tangan. Hasil dari pabrik biasanya
lebih tipis dan juga permukaannya juga bisa di ganti-ganti ketebalannya.
4. Cincin Pall
Pada peralatan ini penurunan tekanan lebih rendah
(kurang dari setengah) dari pada cincin raschig, Height
of Transfer Unit (HTU) nya juga lebih rendah, mempunyai batas pembanjiran (flooding)
lebih tinggi, juga memiliki distributor cairan yang sempurna dan berkapasitas
tinggi dan tersedia dalam bentuk logam, plastik dan keramik.
(Ernest
E. Ludwig, 1979).
Adanya packing (bahan isian) didalam kolom absorpsi akan menyebabkan
terjadinya hambatan terhadap aliran fluida yang melewati kolom. Akibatnya gas
maupun cairan yang melewati kolom absorpsi akan mengalami penurunan tekanan (pressure drop) (R.Paonganan, 2013).
2.3 Pemilihan
Pelarut (Absorben)
Absorben adalah cairan yang dapat
melarutkan bahan yang akan diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik
maupun secara reaksi kimia.Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci.
Adapun persyaratan untuk absorben
yaitu:
1.
Memiliki daya melarutkan bahan
yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin (kebutuhan akan cairan lebih sedikit,
volume alat lebih kecil).
2.
Selektif
3.
Memiliki tekanan uap yang
rendah
4.
Tidak korosif
5.
Mempunyai viskositas yang
rendah
6.
Stabil secara termis
7.
Murah Jenis-jenis bahan
yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas yang dapat
larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium
hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat
(untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
(Roji, 2011)
2.4 Korelasi dari Koefisien Film
Data eksperimen untuk koefisien Film gas dalam campuran
encer telah berkorelasi dalam hal HG, di mana:

Persamaan empiris adalah sebagai berikut:

Dimana GF = kg total
gas/s.m2; Gx = kg total liquid/s.m2; dan α, β,
dan γ adalah konstan dari packing. Pengaruh suhu, yang
kecil, yang icluded
dalam jumlah Schmidt µ/ρD, dimana µ adalah viskositas dari campuran gas
kg/m.s, ρ adalah densitas kg/m3, dan D adalah difusivitas padatan A
di dalam gas m2/s. koefisien k’ya dan HG dapat dilihat
pada tekanan independen.
Persamaan 2.4-2 dapat
digunakan untuk
memperbaiki data
yang ada untuk penyerapan zat
terlarut A dalam gas pada spesifik packing untuk penyerapan zat terlarut E dalam
sistem yang sama dan tingkat aliran
massa yang sama. hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan 2.4-3:

Korelasi untuk koefisien
film cairan dalam campuran encer menunjukkan bahwa HL independen dari tingkat
gas sampai puncaknya, seperti pada
persamaan 2.3-4 berikut:

Dimana
HL adalah m, µL adalah viskositas liquid kg/m.s, NSc
adalah jumlah Schmidt µL/ρD, ρ adalah densitas liquid kg/m3,
dan D difusivitas padatan A dalam liquid m2/s (Geankoplis, 1993).
2.5 Aplikasi Absorpsi
Peristiwa
absorpsi adalah salah satu peristiwa perpindahan massa yang besar peranannya
dalam proses industri. Operasi ini dikendalikan oleh laju difusi dan kontak
antara dua fasa. Operasi ini dapat terjadi secara fisika maupun kimia. Contoh
dari absorpsi fisika antara lain sistem ammonia-udara-air dan aseton-udara-air.
Sedangkan contoh dari absorpsi kimia adalah NOx-udara-air, dimana NOx akan
bereaksi dengan air membentuk HNO3. Contoh industrinya adalah pabrik
pembuatan formalin dari formaldehida (Firdaus, 2011).
Aplikasi absorpsi lainnya di bidang
industri yaitu pabrik pembuatan asam nitrat. Tahap akhir pembuatan
asam nitrat berlangsung di dalam kolom absorpsi. Pada setiap tingkat kolom
terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 dan NO2 terabsorpsi
kedalam air menjadi asam nitrat. Ada
juga proses yang lainnya yang menggunakan aplikasi absorpsi yaitu proses
pembuatan urea, produksi etanol, minuman berkabonasi, fire extinguisher, dry ice, supercritical
carbon dioxide dan masih banyak lagi aplikasi absorpsi lainnya didalam industri
(Satir, 2013).
2.6
Mekanisme Penyerapan
Peristiwa perpindahan pada absorbsi
yang disebabkan oleh difusi molekuler berdasarkan hukum fick, dan dapat
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

Ditinjau
dari segi arah gerakan komponen yang terlibat dalam proses difusi dibedakan dua
macam yaitu:
1. Difusi berlawanan arah ekimolar. Dua
komponen A dan B berdifusi dengan laju molar yang sama, akan tetapi dengan arah
yang berlawanan, dalam hal ini Na = NB.
2. Difusi melalui gas yang diam,
komponen A mendifusi melalui komponen B yang diam, NB = 0
Perpindahan
massa dari satu fasa ke fasa yang lain hanya mengalami hambatan pada kedua film
dan tidak didalam curah fasa. Oleh karena itu konsentrasi didalam curah PAG
dan CAL adalah tetap (tidak tergantung pada jarak perpindahan z). Bila
tahan didalam film menuruti garis lurus.
Ada
satu anggapan yang diperlukan dalam teori dua film yaitu bahwa tahanan antar
muka terhadap perpindahan massa sama dengan nol. Ini berarti bahwa konsentrasi
gas dan cairan pada antar muka berada dalam keadaan setimbang. Keadaan
setimbang ini biasanya dinyatakan dengan persamaan henry yang berbentuk:
PAi = HA
. CAi
Dimana HA adalah
konstanta henry untuk komponen A (Treybal,1980).
2.7
Penentuan Perpindahan Massa
Keseluruhan (Kog)
Persamaan-persamaan umum yang
digunakan untuk absorpsi yang menggunakan kolom isian:

Ruas
kanan dari persamaan ini sukar di tentukan, karena itu dengan cara yang lebih
sederhana dapat dihitung dengan cara berikut:
N = log Kog.a.A.H (2.7-2)
Sehingga:

Dimana
N adalah laju absorpsi gmol/detik, a adalah luas spesifik packing/satuan volume
menara, A adalah luas penampang kolom, H adalah tinggi menara, A.H adalah
volume kolom, a.A.H adalah luas untuk perpindahan massa, Pi adalah tekanan
parsial gas yang masuk dan Po adalah tekanan parsial gas yang keluar.
(Sari, 2009)
BAB
III
METODE PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan:
3.1.1 Alat yang digunakan:
1. Kolom Gas Liquid Absorbtion
2. Erlenmeyer 500 mL 1
Buah
3. Compressor 1 Buah
4. Stopwatch 1 Buah
3.1.2 Bahan yang digunakan:
1. Air
2.
Udara
3.2
Prosedur Percobaan:
1. Tangki reservoir diisi dengan air sampai
¾ bagian.
2. Kolom absorpsi dikeringkan
terlebih dahulu dengan cara melewatkan laju alir udara maksimum sampai
tanda-tanda yang menunjukkan kelembaban packing
hilang.
3. Di set laju alir udara pada 30 L/menit; 40 L/menit;50 L/Menit dan 60 L/menit dan laju alir air pada 1 L/menit dan 2 L/menit.
4. Dicatat perbedaan tekanan yang
terbaca pada manometer.
5. Untuk mengukur laju alir air keluar,
sampel ditampung dari bagian bawah kolom menggunakan erlenmeyer 500 mL dan
dicatat waktu yang dibutuhkan oleh air sampai mencapai 500 mL.
6. Setelah selesai, air percobaan
dikuras dan dibersihkan semua alat yang telah digunakan.
Gambar peralatan absorpsi yaitu:


|
|
|


Gambar
3.1 peralatan yang digunakan saat praktikum
Keterangan:
a.
Kolom
Packing
b. Manometer H2O
c.
Laju
alir
|
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengolahan Data
4.1-1 Pressure Drop
Tabel 4.1 Penurunan tekanan (ΔP) dengan laju alir udara pada Kolom Kering
Laju alir udara (L/menit)
|
ΔP (cmH2O)
|
30
|
0,21
|
40
|
0,28
|
50
|
0,36
|
60
|
0,43
|
Tabel 4.2 Penurunana
tekanan (ΔP) uap air dan udara dengan
variasi laju alir air dan laju alir udara pada Kolom Basah
Laju alir udara (L/Menit)
|
Laju alir air masuk (L/Menit)
|
Waktu (Menit)
|
Laju alir air keluar (L/Menit)
|
ΔP Udara (cmH2O)
|
ΔP Air (cnH2O)
|
30
|
1
|
15
|
0,9375
|
0,2
|
1,1
|
30
|
0,9375
|
0,44
|
1,2
|
||
45
|
0,909
|
0,5
|
1,3
|
||
60
|
0,909
|
0,6
|
1,4
|
||
2
|
15
|
1,875
|
0,7
|
1,6
|
|
30
|
1,875
|
0,75
|
1,7
|
||
45
|
1,764
|
0,77
|
1,8
|
||
60
|
1,667
|
0,79
|
1,83
|
||
40
|
1
|
15
|
0,909
|
0,9
|
1,9
|
30
|
0,8823
|
0,94
|
2
|
||
45
|
0,8571
|
0,97
|
2,1
|
||
60
|
0,8571
|
0,98
|
2,24
|
||
2
|
15
|
1,875
|
1
|
2,3
|
|
30
|
1,875
|
1,1
|
2,35
|
||
45
|
1,764
|
1,18
|
2,38
|
||
60
|
1,764
|
1,2
|
2,45
|
||
50
|
1
|
15
|
0,8333
|
1,4
|
2,6
|
30
|
0,8108
|
1,52
|
2,7
|
||
45
|
0,8108
|
1,7
|
2,75
|
||
60
|
0,7895
|
1,9
|
2,85
|
||
2
|
15
|
1,764
|
2,1
|
2,9
|
|
30
|
1,764
|
2,1
|
2,95
|
||
45
|
1,764
|
2,25
|
2,97
|
||
60
|
1,667
|
2,28
|
3
|
||
60
|
1
|
15
|
0,7692
|
1,8
|
2,4
|
30
|
0,75
|
1,85
|
2,45
|
||
45
|
0,7317
|
1,93
|
2,5
|
||
60
|
0,7317
|
2,1
|
2,53
|
||
2
|
15
|
1,667
|
2,15
|
2,
|
|
30
|
1,667
|
2,18
|
2,63
|
||
45
|
1,578
|
2,2
|
2,64
|
||
60
|
1,578
|
2,25
|
2,7
|
4.1-2 Liquid Hold Up
Tabel 4.3 Liquid Hold Up pada Kolom basah
Laju
alir udara (L/Menit)
|
Laju
alir air (L/Menit)
|
Waktu(Menit)
|
Laju
alir air keluar (L/Menit)
|
Liquid
hold up
|
30
|
1
|
15
|
0,9375
|
0,0625
|
30
|
0,9375
|
0,0625
|
||
45
|
0,909
|
0,091
|
||
60
|
0,909
|
0,091
|
||
2
|
15
|
1,875
|
0,125
|
|
30
|
1,875
|
0,125
|
||
45
|
1,764
|
0,236
|
||
60
|
1,667
|
0,333
|
||
40
|
1
|
15
|
0,909
|
0,091
|
30
|
0,8823
|
0,118
|
||
45
|
0,8571
|
0,143
|
||
60
|
0,8571
|
0,143
|
||
2
|
15
|
1,875
|
0,125
|
|
30
|
1,875
|
0,125
|
||
45
|
1,764
|
0,236
|
||
60
|
1,764
|
0,236
|
||
50
|
1
|
15
|
0,8333
|
0,1667
|
30
|
0,8108
|
0,1892
|
||
45
|
0,8108
|
0,1892
|
||
60
|
0,7895
|
0,22105
|
||
2
|
15
|
1,764
|
0,236
|
|
30
|
1,764
|
0,236
|
||
45
|
1,764
|
0,236
|
||
60
|
1,667
|
0,333
|
||
60
60
|
1
|
15
|
0,7692
|
0,2308
|
30
|
0,75
|
0,25
|
||
45
|
0,7317
|
0,2683
|
||
60
|
0,7317
|
0,2683
|
||
2
|
15
|
1,667
|
0,333
|
|
30
|
1,667
|
0,333
|
||
45
|
1,578
|
0,422
|
||
60
|
1,578
|
0,422
|
4.1-3 Pressure drop (ΔP) Percobaan dan Teoritis
Tabel 4.4 Pressure
drop (ΔP) Percobaan dan Teoritis pada Kolom Basah
Laju alir udara (L/Menit)
|
Laju alir air (L/Menit)
|
ΔP Percobaan
|
ΔP Teorotis
|
30
|
1
|
1,25
|
0,08248
|
2
|
1,7325
|
0,0825
|
|
40
|
1
|
2,06
|
0,1466
|
2
|
2,37
|
0,1467
|
|
50
|
1
|
2,725
|
0,2291
|
2
|
2,955
|
0,2292
|
|
60
|
1
|
2,47
|
0,3299
|
2
|
2,65
|
0,33
|
4.2 Pembahasan
Absorpsi merupakan salah satu proses perpindahan massa untuk
memisahkan suatu gas dari campurannya dengan menggunakan absorben yang sesuai
(Kumoro,2000). Menurut Atway (2008), proses tersebut terjadi jika campuran gas
dikontakkan dengan suatu liquid yang
kemudian satu atau lebih komponen gas akan diserap oleh liquid tersebut. Berdasarkan
penelitiannya faktor utama dalam proses penyerapan adalah laju alir sedangkan
pengaruh suhu tidak begitu penting.
Dalam proses absorpsi
dipilih cairan yang dapat menyerap suatu komponen secara cepat, sehingga
komponen tersebut dapat berpindah. Proses Absorpsi dapat berlangsung dalam
kolom absorpsi (Najim, 1995).Percobaan ini menggunakan gas O2 sebagai
komponen yang akan diabsorpsi. Gas tersebut berasal dari kompressor yang
mengalirkan udara ke dalam kolom absorpsi yang kemudian akan berkontak langsung
dengan air, sehingga terjadi penyerapan gas oksigen ke dalam air. Air pada
proses ini berfungsi sebagai absorben.
Kolom absorpsi yang digunakan
pada percobaan ini yaitu menara isian (pakced tower). Alat ini terdiri dari
sebuah kolom berbentuk silinder yang dilengkapai dengan isian jenis rasching
ring. Isian (packing) berfungsi untuk
memperluas kontak antara udara dan air, sehingga penyerapas gas O2
ke dalam air berlangsung lebih maksimal. Prinsip kerja dari packed tower yaitu cairan
didistribusikan secara merata dari atas kolom sehingga membasahi packing, dan
mengalir melewatinya membentuk lapisan tipis, kemudian keluar melalui bagian
bawah. Sementara itu gas dialirkan secara countercurrent
(berlawanan arah) dengan air di mana tempat pemasukannya berada di bawah kolom
dan mengalir keluar melalui atas kolom
(Najim,1995).
Menurut Yi Liu (2014),
penggunaan pakced tower telah digunakan secara luas dikarenakan penurunan
tekanannya yang rendah dan operasinya yang fleksibel.
4.2-1
Pressure Drop (∆P)
4.2.1-1 Hubungan Pressure Drop Terhadap Laju Alir Udara pada Kolom
Kering
Pada
kolom kering, terlebih dahulu kolom dikeringkan dengan cara melewatkan laju
alir udara maksimum sehingga kelembaban pada kolom tidak terlihat lagi.
Penurunan tekanan disebabkan oleh aliran udara yang melewati packing pada kolom
mengakibatkan terjadinya gesekan antara fluida (gas) dengan packing dan
menghambat laju alirnya. Penurunan tekanan mengalami peningkatan pada laju alir
yang lebih cepat (Geankoplis, 1993). Pada percobaan ini digunakan 4 variasi
laju alir yaitu 30; 40; 50; dan 60 L/menit.
Dari table 4.1 dapat dilihat peningkatan yang terjadi di
mana pada laju alir udara 30; 40; 50;
dan 60 L/menit, pressure drop yang diperoleh secara berturut-turut yaitu 0,21; 0,28; 0,36 dan 0,43 cmH2O. Data tersebut menunjukkan semakin besar laju alir udara yang diberikan
semakin besar pula pressure drop pada
kolom kering. Hubungan laju alir udara terhadap pressure drop pada kolom kering dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Hubungan laju alir udara
terhadap pressure drop percobaan pada kolom kering
Gambar
4.1 menunjukkan bahwa pressure drop berbanding lurus dengan laju alir udara,
semakin besar laju alir udara maka semakin
tinggi pressure drop yang dihasilkan. Hal ini
terjadi karena laju lair udara yang besar dapat meningkatkan
tabrakan antar gas yang mengalir dari bawah ke atas sehingga pressure drop akan
ikut meningkat.
4.2.1-2 Hubungan Pressure Drop Terhadap Laju Alir Udara
Dan Laju Alir Air Pada Kolom Basah
Pada kolom basah, air yang dialirkan dari atas kolom mengalami
pengontakan dengan udara yang dialirkan dari bawah. Pengontakan yang terjadi di
dalam kolom menyebabkan terjadinya penurunan tekanan (Pressure Drop) yang dipengaruhi oleh gesekan antar udara dengan
air. Gesekan juga terjadi antara air dan dinding kolom. Air yang mengalir di
sekitaran dinding menjadi lebih lambat sehingga tekanan menurun. Hubungan laju
alir air dan laju alir udara terhadap Pressure
drop pada kolom basah dapat dilihat pada Gambar 4.2 yang menunjukkan bahwa
semakin besar laju alir air maka semakin tinggi pressure
dropnya. Pressure drop berbanding lurus dengan laju
alir serta laju alir udara. Laju alir udara yang ditetapkan sama dengan laju
alir udara pada kolom kering. Sedangkan laju alir air
terdiri dari 1 dan 2 L/menit. Hubungan laju
lair dengan pressure drop dengan laju alir udaara tertentu dapat dilihat pada
gambar 4.2
![]() |
Gambar 4.2 Hubungan laju alir air terhadap pressure drop dengan laju alir udara tertentu pada kolom basah
Gambar 4.2 terlihat ketika laju alir udara
dibuat konstan pada 30 L/menit dengan 2 variasi laju alir (1 dan 2 L/) diperoleh Pressure drop
secara berturut-turut yaitu 1,25 dan 1,73 cmH2O. kemudian
ketika laju alir udara ditingkatkan menjadi 40 L/menit dengan laju alir air yang sama diperoleh
pressure drop 2,06 dan 2,37 mmH2O.
Begitu juga untuk laju alir udara 40 dan 60 L/menit dengan variasi laju alir udara yang sama akan
diperoleh pressure drop yang semakin
tinggi.
Gambar 4.1 dan Gambar 4.2
memperlihatkan perbedaan pressure dropnya
yang mana pressure drop pada kolom basah lebih besar pada kolom kering. Hal
ini disebabkan adanya zat cair di dalam kolom sehingga mengurangi ruang yang
tersedia untuk aliran gas. Berdasarkan teori laju alir air berbanding lurus
terhadap pressure drop untuk setiap
laju alir udara konstan. Ketika laju alir udara dipercepat, gas akan
mempersulit aliran zat cair ke bawah dan perangkapan zat cair bertambah
sehingga pressure drop meningkat
(McCabe,1999).
4.2-2 Liquid Hold Up
Liquid Hold Up adalah volume cairan tetap yang terdapat dalam film yang terbentuk
pada permukaan packing atau dalam ruang kosong
(Zakeri, 2012). Dengan kata lain Liquid Hold Up adalah cairan yang
menempel sebagai sebagai lapisan film atau cairan yang terperangkap dalam
packing. Dalam tulisannya Zakery mencatat bahwa Liquid Hold Up merupakan parameter hidrodinamik penting untuk pengontakan
gas-
liquid dalam kolom isian karena peristiwa tersebut dapat menyebabkan
penurunan tekanan. Hold up
dipengaruhi oleh laju alir udara dan air, semakin besar laju alir air yang
diberikan maka akan semakin besar pula hold
up yang terjadi, karena semakin besar laju alir air maka akan memungkinkan
semakin
banyak air yang terperangkap pada packing
menara absorpsi.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasi praktikum yang di
dapat, diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada laju alir udara 20, 30, dan 40 L/menit pressure drop yang
didapat pada kolom kering pada percobaan yaitu 1,533; 1,8; dan 2,3 mmH2O.
Pada laju alir udara yang sama didapat pressure drop teoritis yaitu 3,671504;
4,9515; dan 6,99231 mmH2O. Pressure drop yang didapat berbanding
lurus dengan laju alir udara.
- Pada kolom basah laju alir udara 20 L/menit dan laju alir air 2,4,6,dan 7 L/menit didapat pressure drop percobaan yaitu 6; 7,21; 8,44; dan 9,75 mmH2O, sedangkan pressure drop teoritis adalah 73,80006; 74,74145; 75,74557; dan 76,26547 mmH2O. Pressure drop didapat berbanding lurus dengan laju alir air dan laju alir udara.
- Pada kolom basah nilai pressure drop yang didapat lebih besar nilainya dari pada pressure drop pada kolom kering.
- Dissolved oxygen (DO) akan semakin banyak terserap didalam pelarut jika udara dan air meningkat, sehingga kontak udara dengan air semakin besar. Pada laju alir udara 20 L/menit, 30 L/menit dan 40 L/menit dengan laju alir air 2; 4; 6; dan 7 L/menit didapat nilai DO sebesar 3,6; 3,8; 4,6; 4,9 mg/L, 4,1; 4,7; 5,2; 5,8 mg/L dan 5,3; 5,7; 5,9; dan 6,2 L/menit.
LAMPIRAN B
CONTOH
PERHITUNGAN
B.1 Menghitung Liquid Hold Up
Pada laju alir udara 30 L/menit dan laju alir air 2 L/menit, diperoleh:
Laju alir air masuk = 2 L/menit
Laju alir air keluar = 1,875 L/menit
Hold up = liquid masuk – liquid keluar
= 2 L/menit – 1,875 L/menit
= 1,25 L/menit
B.2 Menghitung Porositas
Packing (S)
- Volume air acuan : 850 ml
- Volume packing
: 500
ml

= 

= 70 %
A.3 Permukaan Spesifik Packing
Pada perhitungan luas total
permukaan packing (A),
Diameter luar (Do) = 1 cm Tinggi
packing (hp) = 1 cm
Diameter dalam (Di) = 0,8 cm
1.
Volume packing (Vp) =
hp

=
= 0,502 


2.
Luas permukaan packing (Sp) = π (Do + Di) t +
= 3,14 (1+8)cm . (1 cm)+
= 3,9564
sehingga diperoleh permukaan spesifik,
A =
= 0,788
A.4 Perhitungan
Pressure Drop (DP) Teoritis Pada Kolom Kering.
Pada laju alir udara 30 L/menit dan laju alir air 2 L/menit. Dari Appendix A.3-3 (Geankoplis,
1993), properties untuk udara pada suhu 28,6
,
diperoleh:
r = 1,173 kg/m3 = 1,173 x 10-3 kg/L
m = 1,860 x 10-5
kg/m.s
Dop = 1 cm = 0,01 m
= 0,7
ΔL = Tinggi Kolom = 1,48 m
a. Laju
alir table udara (V)
V = laju
alir . r
= (30 L/menit) x (1,173 x 10-3 kg/L) (60 s)
= 5,865 x 10-4 kg/s
b. Bilangan
Reynold (Nre)
Nre =
=
= 26,56,646
Dari perhitungan dapat diperoleh ΔP (pressure drop) teoritis:
ΔP = 438,0819 kg/m.s
ΔP =
ΔP = 0,4467 cm
A.5 Perhitungan
Pressure Drop Teoritis Pada Kolom Basah
Pada laju
alir udara 30 L/menit dan laju alir air 2 L/menit. Dari
Appendix A.3-3 (Geankoplis, 1993) untuk udara pada suhu 28,6
diperoleh:
ρG = 1,173 kg/m3 = 0,073 lb/ft3
ρL = 996,72 kg/m3 = 62.22 lb/ft3
laju alir udara 30 L/menit
Q = 30 L/menit (1,173 ×
kg/L) (
Q = 9,309 lb/jam
G =
=
175,64 lb /jam.ft2
Untuk laju alir air 2 L/menit, maka laju
volumetriknya,
Q = 2 L/menit (996,72 ×
kg/L) (
Q = 0,26372 lb/jam
V =
=
4,9693 lb /jam.ft2
Data untuk rasching ring ½ in diperoleh:
h = 1,48 m.
= 4,850 ft
= 0,1393
lb/ft2.s
ΔP =
=
= 3,3006 mmH2O = 0,33 cmH2O
kak gambarnya ko ndak bisa dilihat ya
BalasHapusga lengkap rumus dan perhitungannya
BalasHapusKak, utk daftar pustakanya ada ga kak?
BalasHapus